Vemale.com - Di masa kini, memotret adalah hal yang biasa dan
bisa dilakukan semua orang. Memotret bisa dilakukan dengan kamera mahal
profesional hingga memakai kamera handphone biasa. Hal berbeda terjadi
di tahun 1800-an, di mana kamera adalah hal yang mahal karena baru
ditemukan.
Penemuan Daguerreotype (proses fotografi paling awal)
membuat orang-orang Eropa di masa lalu terkagum-kagum. Mereka bisa
mengabadikan diri sendiri dengan cepat, dalam gambar yang sama dengan
aslinya, berbeda dengan lukisan. Pada tahun 1839, hanya orang-orang
tertentu yang bisa memakai jasa tukang foto.
Foto: dailymail.co.uk/flickr
Sebagai
penemuan baru, banyak keluarga ingin mengabadikan potret-potret mereka,
agar keturunan mereka kelak bisa melihat wajah leluhur mereka. Karena
sangat antusias, mereka bahkan memotret jenazah anak-anak mereka dalam
bentuk foto. Hal ini bisa dimaklumi, karena mereka ingin mengenang anak
mereka. Tubuh jenazah akan hancur dalam tanah, tetapi foto tidak.
Foto: dailymail.co.uk/flickr
Bisa
Anda lihat bagaimana foto-foto ini, Anda pasti mengira bayi di atas
masih hidup, padahal itu adalah foto jenazah. Wajah saudara bayi di atas
tampak tegang, mungkin mereka takut karena tahu bahwa adik mereka sudah
meninggal.
Beberapa jasad anak-anak sengaja dibuka matanya,
diberi bedak atau perona pipi agar tampak seolah hidup. Ada juga foto
lain yang sengaja memperlihatkan bahwa objek foto memang sudah
meninggal, anak-anak di biarkan berbaring damai dalam peti mati mereka.
Di
tahun yang sama, ilmu kedokteran belum berkembang sebaik sekarang.
Banyak wabah penyakit menyerang dan membuat banyak anak meninggal.
Sehingga bisa dibayangkan, berapa banyak keluarga menggunakan jasa
tukang foto di masa itu untuk memotret jasad anak-anak mereka.
Beberapa
foto menggambarkan bagaimana wabah penyakit di masa itu begitu
mematikan dan membuat hidup anak-anak ini berakhir sangat cepat. Mungkin
bagi kita menyeramkan, namun inilah bukti bahwa anak-anak ini begitu
dicintai keluarga mereka.
Selembar foto bisa menjadi sebuah kenang-kenangan manis bagi keluarga yang ditinggalkan.
0 komentar:
Posting Komentar